Vagina perlu
dijaga kebersihan dan kesehatannya
agar terhindar dari berbagai masalah
kesehatan dan terciptanya kualitas
kehidupan seksual yang baik. Anda
perlu mengetahui masalah-masalah
yang sering terjadi pada vagina dan
cara mengatasinya.
Berikut 8 masalah yang sering
terjadi pada vagina, seperti dilansir
dari womenshealthmag,antara lain:
1. Infeksi ragi pada vagina
Ragi adalah jamur yang hidup di
vagina dalam jumlah yang sedikit,
tetapi akan menimbulkan infeksi jika
jamur tersebut berkembang dalam
jumlah yang berlebihan. Ketika Anda
memakai celana dalam atau pakaian
renang yang hanya berupa tali, akan
menggesek vagina ketika Anda
bergerak.
Gesekan tersebut akan menyebabkan
luka kecil di kulit halus sekitar vulva
dan klitoris yang akan menciptakan
akses bagi mikroba. Jamur akan
berkembang pada luka tersebut dan
menyebabkan infeksi ragi.
Gunakan celana dalam dari bahan
kain yang membuat vagina Anda
dapat bernapas dan lebih kering,
sehingga bakteri tidak dapat tumbuh
dengan mudah.
2. Anda tidak mendapatkan
menstruasi setelah minum pil KB
Hormon yang digunakan dalam pil
KB dapat mengganggu kinerja alami
tubuh seperti proses ovulasi dan
menstruasi. Anda akan mendapatkan
menstruasi lagi setelah beberapa
waktu menghentikan penggunaan pil
KB.
Tidak adanya periode menstruasi
atau menstruasi yang tidak teratur
dikenal dengan sebutan amenore.
Jika Anda masih belum mendapatkan
haid dalam waktu 3 bulan, hentikan
pemakaian pil KB dan
berkonsultasilah dengan dokter
kandungan. Amenore dapat menjadi
gejala dari masalah kesehatan
lainnya.
3. Anda merasa ada benjolan kecil
berisi cairan yang tumbuh di vagina
Hal ini disebabkan karena
tersumbatnya kelenjar bartholin.
Kelenjar bartholin berupa dua buah
organ di bawah kulit vagina yang
seukuran kacang yang berperan
dalam proses lubrikasi vagina. Jika
kelenjar ini tersumbat, sekresi cairan
pelumas terjebak dan menyebabkan
tumbuhnya benjolan kecil yang
lembut, licin dan membengkak di
dekat lubang vagina.
Bartholin yang tersumbat biasanya
jinak dan tidak memerlukan
pengobatan. Anda mungkin dapat
mengatasinya dengan mandi air
hangat selama 20 menit dua atau tiga
kali sehari.
Jika benjolan menjadi menyakitkan
atau ukurannya bertambah besar,
dokter mungkin akan menyarankan
untuk melakukan prosedur
marsupialization. Prosedur ini
termasuk pengeringan benjolan,
kemudian menjahit dinding benjolan
pada kulit luar untuk membuat
saluran baru. Pengobatan dengan
cara ini akan sembuh dalam waktu
sekitar satu bulan.
4. Vagina yang kering
Kekeringan vagina dapat disebabkan
oleh banyak hal, termasuk dehidrasi,
minum obat tertentu (antihistamin),
perawatan yang salah, penipisan
jaringan mukosa dan perubahan
kadar hormon selama menopause.
Vagina yang kering akan
menyebabkan rasa nyeri ketika
penetrasi.
Gunakan pelumas untuk mengatasi
kekeringan pada vagina. Pilih
pelumas berbahan dasar air karena
lebih aman jika digunakan bersama
dengan kondom.
Pelumas berbasis minyak dapat
merusak integritas kondom. Hindari
juga menggunakan pelumas yang
berwarna, beraroma, dan memiliki
rasa karena dapat memicu infeksi
jamur dan akhirnya dapat
memperburuk kekeringan.
5. Anda menularkan jamur pada
vagina ke penis pasangan
Hal ini memang jarang terjadi, tetapi
seorang pria dapat mengembangkan
gejala kemerahan, gatal, atau rasa
tidak nyaman setelah berhubungan
seks tanpa kondom dengan
pasangan yang terinfeksi.
Pria dapat berisiko jika tidak minum
antibiotik, memiliki diabetes, sistem
kekebalan tubuhnya terganggu atau
jika pria tidak disunat. Kulit penis
menciptakan lingkungan yang
lembab dan kondusif untuk
pertumbuhan jamur.
Obat anti jamur dapat digunakan
untuk mengobati kondisi tersebut,
tapi sebaiknya Anda menunda
berhubungan seks sampai gejalanya
benar-benar hilang. Dengan begitu,
Anda akan mengurangi risiko saling
menginfeksi satu sama lain.
6. Vagina yang sakit ketika
berhubungan seks karena posisi
rahim yang miring
Posisi seks tertentu bisa lebih
menyakitkan daripada yang lain jika
posisi rahim Anda dalam keadaan
miring. Berkonsultasilah dengan
dokter kandungan Anda untuk
mengetahui apakah rahim Anda
miring atau tidak.
Rahim yang terlalu miring akan lebih
menyakitkan ketika Anda
berhubungan seks. Posisi seks seperti
wanita yang berada di atas, dapat
mengurangi rasa tidak nyaman
tersebut.
7. Ada rasa panas ketika buang air
kecil setelah berhubungan intim
Ada beberapa hal yang menyebabkan
sensasi panas ketika buang air kecil
setelah berhubungan initim, seperti
gesekan yang terlalu kuat pada vagina
yang kering. Atasi dengan berendam
dalam air hangat setelah
berhubungan seks. Gunakan
pelumas saat berhubungan seks
untuk mencegah hal ini terjadi lagi.
Hal ini juga dapat disebabkan karena
infeksi pada saluran kemih atau
vagina. Periksakan kondisi Anda ke
dokter, biasanya dokter akan
meresepkan obat antibiotik. Anda
dapat mencegah infeksi kandung
kemih dengan buang air kecil
sebelum dan setelah berhubungan
seks.
8. Anda mencium bau amis dan
merasa gatal pada vagina ketika
berhubungan seks
Penyebabnya bisa jadi karena
keseimbangan normal bakteri pada
vagina terganggu karena peningkatan
jumlah bakteri berbahaya. Bacterial
vaginosis dapat dipicu karena gonta-
ganti pasangan seks.
Gejala lain termasuk keputihan, gatal
dan sensasi terbakar. Jika tidak
diobati, bacterial vaginosis dapat
menyebabkan masalah kesehatan
yang serius seperti kelahiran
prematur, infeksi postpartum,
penyakit radang panggul, dan
meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi HIV.
Sementara kondisi ini dapat diobati
sendiri seperti perawatan dengan
antibiotik metronidazole atau
clindamycin. Wanita yang pernah
mengalami kelahiran prematur atau
bayi berat lahir rendah harus
diperiksa untuk mengetahui apakah
ada gejala bacterial vaginosis.